Thursday, September 4, 2014

MENGAPA PKS NGOTOT: Sebuah Analisis



Oleh : Fahrezi, S.IP, MA


Analisis saya, bukan sebagai timses jokowi, bukan membuli, namun dilihat dari khazanah akademis..
Mengapa PKS tetap ngotot dan masih bersama prabowo, meski beberapa partai koalisinya mulai meloyo dan mendekat ke kubu pemenang jokowi-jk???

Dalam spektrum ideologi berkoalisi ada beberapa cara berkoalisi (8 cara menurut LIEVEN DE WINTER and PATRICK DUMONT). Dalam hal ini saya khusus membahas  dengan cara “Minimal Connected Winning Coalition”, dalam artian koalisi yang dibangun didasarkan kepada jarak ideologi dan platform partai,,semakin dekat jarak ideologi satu partai dengan partai lainnya,,maka dia dimungkinkan untuk berkoalisi dengan langgeng, kebanyakan koalisi di Eropa didasarkan kepada  ini... beberapa contoh kasus perubahan spektrum ideologi partai berkoalisi di indonesia, bisa dilihat pada karya Marcus Mietzner dalam Comparing Indonesia’s Party Systems of The 1950s and the post-soeharto era: from centrifugal to centripetal inter-party competition, bisa disearch di google, tulisan ini juga yang mengungkap maraknya ideologi partai nasionalis relegious pasca soeharto.

Sekarang kita masuk kepada kasus mengenai kengototan PKS.
Mengapa PKS tetap ngotot,,pertama, PKS kemungkinan besar tidak akan diterima oleh kubu partai koalisi Jokowi-JK dibanding dengan PPP dan Golkar, atau PAN sekalipun... PPP, Golkar, dan secara platform partai dan ideologi yang digunakan adalah Nasionalis Relegius, sedangkan jarak ideologi dan platform partai PDI, Nasdem, Hanura, PKB,PKPI dengan PKS sangat jauh,,ibarat dua kutub yang bertolak belakang,, selain itu,dimungkinkannya PPP bergabung dengan kubu jokowi-jk adalah romantisme masa lalu,,partai ini bersama dengan PDI adalah Opposing Soeharto,,kedua partai ini adalah motor perlawanan terhadap soeharto dimasa lalu..disamping itu, partai ini pernah menjadi duet Mega-Hamzah Haz. Sedangkan Partai Golkar, adalah partai yang selalu hidup dalam penguasa,,Golkar belum pernah berada diluar pemerintah. Meski dimasa Orde Baru berseberangan, namun golkar sekarang adalah Golkar baru, jika kita mengutip perkataan Akbar Tanjung ditahun 1999. Mengapa Golkar Baru,,jika dimasa Orde baru, Golkar tidak pernah menyebut dirinya adalah Partai,,melainkan golongan Karya,,maka ketika Soeharto jatuh, tampuk kepemimpinan Golkar dari Harmoko ke Akbar Tandjung, Akbar menyebutnya dengan Partai Golkar, (istilah Partai Golkar Cuma ada di zaman Reformasi). Romantisme apa partai Golkar dengan Kubu Jokowi-JK, yang utama tentu adanya kader Golkar, yakni Jusuf Kalla, disamping itu  Golkar juga pernah menaikan Megawati, ketika Gus Dur dilengserkan. Dan Golkar bersama PPP juga menjadi bagian dari pemerintahan Mega-Hamzah Haz.

Kedua, kengototan PKS untuk terus dibanding beberapa partai koalisi di Kubu Prabowo adalah Jatah Menteri... mengapa posisi menteri begitu penting bagi PKS?? Arena elektoral yang mahal menyebabkan partai-partai bersikap catch all ketika pemilihan, dan kartel pasca pemilihan untuk persiapan pemilu berikutnya..pembiayan bagi partai politik begitu sangat penting dalam era globalisasi,,media politik seperti televisi dan koran/majalah menjadi begitu mahal dan menggiurkan untuk mempromosikan brand politik sebuah partai. Oleh karena itu, partai membutuhkan pembiayaan. Dibanding partai politik yang lain PKS dinilai tidak memiliki media elektronik terutama televisi, meski di media portal banyak yang dibuat oleh PKS, seperti VOA-Islam, atau PKS Piyungan. Namun dalam hal portal Cuma menjangkau kalangan tertentu saja. Sedangkan pertelevisian menjangkau segala kalayak masyarakat. sehingga opini sering di tumbuhkan oleh media televisi tertentu yang berafiliasi dengan partai politik untuk merubah opini masyarakat.

Kasus LHI adalah contoh nyata, dimana kasus terjadi dikementrian yang dipegang kader dari PKS. Hampir seluruh nama-nama yang disebutkan dalam persidangan, ada kaitan dengan PKS. Jika kita merunut apa yang ditulis oleh Burhanuddin Muhtadi dalam “Dilema PKS”. Menyatakan didalam tubuh PKS ada dua faksi. Faksi pertama adalah yang menginginkan kita harus memperkuat ideologi kita, jalan perjuangan kita, platform partai kita. Sedangkan faksi yang lainnya adalah faksi yang berorientasi kepada elektoralisme, bagaimana kita memenangkan pemilihan, yang termasuk kedalam faksi ini seperti  Luthfi Hasan Ishak sang pesakitan KPK.  

Dalam arena elektoral sekrang, karena keterbatasan pembiayaan, dan menggunakan kementrianya sebagai sapi perahan yang memunculkan kasus impor sapi, PKS dalam pemilu 2014 dikategorikan gagal, jika dibandingkan dengan pemilu 2004 dan 2009, karena PKS Cuma dipilih oleh kader/loyalisnya, dan tidak mampu menggaet massa diluar loyalisnya.

Ketiga, PKS adalah anggota koalisi yang selalu menendang dari dalam/kadang sulit dikontrol anggota koalisi yang lain. Koalisi setgab adalah contohnya berkumpulnya spektrum ideologi yang berseberangan, koalisi yang dibangun sangat fragmatis, cair dan rapuh, sehingga penuh dengan turbulensi (goncangan). PKS adalah partai yang selalu tidak sejalan dengan anggota koalisi yang lain. Dengan partai Golkar, PKS pernah berseteru, karena Golkar mendapatkan jatah 4 menteri dikabinet SBY-Boediono, sedangkan PKS hanya 3 menteri, padahal  Golkar tidak ikut bersama-sama memenangkan SBY-Boediono, karena Golkar mengusung JK-Wiranto pada pilpres 2009, Sehingga PKS menyebut Golkar “Partai yang tidak berkeringat”.  
Saya menyarankan PKS, diluar pemerintahan saja dalam periode sekarang...dan kadernya kembali banyak-banyak menonton film Sang Murobbi, jika Ustad.... yang ada di film Sang Murobbi itu masih hidup, tentu beliau akan marah besar dengan kelakuan para elit PKS sekarang...Elitnya mewah-mewah, kadernya menderita..

Kesimpulannya: Jatah menteri, dan pembiayaan partai politik menghadapi elektoral, merupakan hal dibalik kengototan PKS dalam terus berupaya memenangkan Prabowo-Hatta pasca Keputusan KPU.
Jika ada yang marah,,,ini adalah sebuah analisis berdasarkan landasan teoritis bukan gosip atau boongan.

1 comment:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Tshirt Dakwah Quote

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Punya Pasangan Sempurna Nggak Indah Kelihatannya

    ReplyDelete