Oleh : Fahrezi, S.IP *
Drs.Rusdi Lubis, M.Si lahir di ujung gading Kab. Pasaman Barat. Saya mengenal nama bapak rusdi lubis pertama kali pada tahun 2004 akhir. Ketika itu saya masih duduk dikelas 1 SMA N 1 Pasaman. Ketika itu saya melihat spanduk-spanduk kampanye Drs. Rusdi Lubis, M.Si yang maju sebagai calon wakil gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan Leonardy Hermainy dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan dilaksanakan pada tahun 2005. Pada tahun tersebut Pasaman menjadi mayoritas calon Wakil Gubernur, sebut saja Drs. Rusdi lubis (ujung gading) yang menjadi pasangan dengan Leonardy hermainy, Dasman Lanin (sukamenanti) yang berpasangan dengan Jeffrie geovanie, dan Prof. Marlis Rahman (cubadak/ duo koto) yang berpasangan dengan Gamawan Fauzi yang menjadi pemenang pada tahun 2005 tersebut.
Secara langsung saya mengenal Drs. Rusdi Lubis, M.Si pada saat beliau menjadi Dosen Studi Kepemimpinan dan Politik, dari sanalah saya mengenal lebih dalam tentang sosok Drs. Rusdi Lubis, M.Si dan terus berlanjut sampai saya terakhir menjadi Ketua Ikatan Mahasiswa Pasaman Barat (IMAPASBAR) Kota Padang,dan akan terus berlanjut untuk hari esok. Sebagai seorang dosen beliau cukup humoris dalam menjelaskan pelajarannya itu yang membuat kami betah belajar dengan beliau. Dalam kariernya sebagai seorang abdi negara bapak Drs. Rusdi Lubis terakhir sebagai seorang pamong senior menjadi Sekretaris Daerah Prov. Sumatera Barat, dengan pangkat Eselon I, beliau bilang kalau dalam PNS itu Eselon I sudah pangkatnya Jenderal karena tidak ada yang diatas itu lagi. Walaupun setelah pensiun beliau masih dipercaya sebagai ketua KOPPRI Sumatera Barat.
Beliau adalah sosok pemimpin yang bisa mengarahkan staffnya dengan baik sehinggi penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan apa yang direncanakan, ini diakui oleh banyak kalangan tokoh-tokoh. Pak rusdi juga seorang pemimpin yang menganut pemahaman mengenai kepemimpinan politik itu juga dibatasi oleh umur. “biarkanlah yang muda-muda untuk maju, umur produktif itu adalah 30-60 tahun, saya sekarang sudah 65 tahun. Kami yang tua-tua ini tugasnya adalah mengajarkan dan mengarahkan yang muda-muda ini lagi, atau yang tua-tua ini banyak-banyak lah kesurau lagi”.
Sebagai seorang birokrat saya menyebutnya “Birokrat Intelektual”. Pak rusdi adalah lulusan terbaik di Institut Pemerintahan Dlam Negeri (kalau waktu itu saya tidak tahu namanya apa, apakah IPDN atau IIP), beliau menjadi lulusan terbaik 1 di jurusan Manajemen Pemerintahan. Untuk Kampus sendiri, pak rusdi menduduki lulusan terbaik ke-3. Lulusan terbaik pertamanya adalah Prof. Riyas Rasyd. Kita semua tentu tahu siapa itu prof. Rias Rasyd, dialah penggagas dan perancang otonomi deerah di Indonesia ini. Beliau juga mantan menteri untuk bidang tersebut. Prof. Riyas Rasyd juga menjadi ketua partai PDK tetapi dia lebih menyebutnya Presiden PDK.
Yang saya kagumi dari sosok Drs. Rusdi Lubis, M.Si adalah beliau selalu melakukan segala sesuatu itu dengan baik-baik. Jangan sampai menyimpang dari koridor-koridor (garis) kebenaran. Pernah saya berpikir, kalau seperti pak rusdi ini semua pemimpin di indonesia pasti tidak akan ada yang namanya korupsi dan penyelewengan kekuasaan. Tidak akan pernah ada Nazaruddin, tidak akan pernah ada istilah Apel Malang dan Boss Besar. Beliau pernah berkata kepada saya “kita mengerjakan apa yang menjadi hak kita dan jangan pernah ambil apa yang menjadi hak orang lain, saya pantang sekali itu karena petuah orang tua saya demikian jangan pernah untuk melakukananya, membayar-bayar orang, atau menerima yang tidak bukan hak kita”. Pak rusdi berlatar belakang terlahir dari keluarga yang Agamais. Pernah pak rusdi berujar, dulu itu saya sekolah, disekolah agama / tsanawiyah, karena sesuatu dan lain hal tsanawiyahnya tutu. Lalu orangtuanya nanya kenapa tidak pergi sekolah, beliau jawab sekolahnya di tutup. Lalu beliau dipindahkan ke Sekolah Menengah Pertama negeri, pak rusdi bilang sama kami, kalau saja Tsanawiyahnya tidak tutup mungkin saat ini saya sudah jadi ustadz dan tidak akan mungkin menjadi Setda Sumbar. Secara spontan anak-anak dikelas saya ketaw mendengar ucapan pak rusdi itu.
Saya melihat cara pak rusdi berkata dan memberikan araan seperti yusuf kalla, mungkin tinggi dan wajah beliau juga hampir-hampir mirip makanya pribadinya juga sama. Secara spontan kata-kata beliau tegas tetapi mudah untuk kita mengerti, itulah sisi lain dari orang tua kita ini.
Dilain kesempatan saya menyebutnya Bung Hatta dari Tanah Mandahiling. Ini terlihat dari sifat rendah hati dan kesehajaan beliau tidak pernah mengambil keuntungan dari wewenang yang pernah didapatinya. “saya kalau ingin kaya bisa saja dengan mudah, apalagi waktu saya menjadi setda Sumatera Barat, semua proyek saya yang pegang, tetapi itu semua bertentangan dengan hati nurani saya kata beliau.” Salah satu kekalahan beliau dalam setiap pilkada termasuk Kab. Pasaman adalah karena beliau tidak memliki uang lebih besar daripada kontestan lain yang membagi-bagikan uang, dan pak rusdi paling pantang untuk politik uang karena itu berlawanan dengan ajaran orang tua saya dan agama kita srta lagi pula saya memang tak punya duit katanya sambil tertawa.. Andai semua orang tahu sifat pak rusdi ini tentu terpilihlah pemimpin yang tidak akan mengambalikan modal kampanye nya. Dengan dasar itulah saya membandingkannya dengan sosok bung Hatta. Kesehajaan beliau ini yang harusnya menjadi teladan bagi generasi muda untuk membangun negeri ini. Padahal kalau untuk diketahui sebelum menjadi Sekretaris Daerah Prov. Sumatera Barat beliau juga pernah menjadi orang nomor satu, di dua dari tiga Luhak Ornag Minangkabau. Minangkabau mempunyai tiga luhak; luhak tanah datar, luhak lima puluh kota, dan luhak agam. Pak rusdi pun pernah menjadi orang pentig di dua luhak minangkabu ini yakni, Plt. Walikota Payakumbuh dan Plt. Walikota Bukittinggi. Disamping itu masih banyak jabatan lainnya seperti pernah menjadi Setda Di Kab. Solok dan daerah-daerah lainnya.
Pernah suatu ketika beliau melakukan kunjungan kerja di daerah Kab. Pesisir Selatan mengenai sebuah pembangunan disana. Dalam kunjungan pembangunan tersebut ada 3 KK yang masih tidak mau menerima ganti rugi dan menolak tanahnya diberikan untuk pembangunan jalan tersebut. Padahal semua penduduk yang lain mau untuk menerima ganti rugi. Lalu pak rusdi dan rombongan melapor kepada walinagari setempat. Walinagari setempat memanggil ketiga orang ini. Dihadapan walinagari ketiga orang ini masih bersikukuh untuk tidak memberikan tanahnya yang akan diganti rugi. Macam-macamlah kata-kata ketiga orang ini kepada walinagarinya. Lalu setelah didengar penjelasan ketiga orang tersebut, walinagarinya dengan singkat berkata. “sudah selesai apa yang kalian ingin katakan, Jangan sampai yang ada diatas kepala saya ini Bicara” (yang diatas kepala itu maksudnya, yang ada terpampang didinding belakangnya). Pembaca tahu apa yang ada diatas kepala Walinagari tersebut?? Ya!! Yang ada diatas tersebut adalah “EKOR PARI”. Coba bayangkan seandainya ekor pari itu dicambukan kepada kita, akhirnya ketiga orang ini mendengar yang demikian “baik pak wali, kami siap untuk ganti rugi”.
Kami yang mendengarkan cerita pak rusdi ketawa, bayangkan saja ganasnya ekor pari itu. Artinya apa, beliau mengajarkan kepada kita untuk tegas dalam memperjuangkan orang banyak. Lihat ketiga orang itu mereka bersikukuh, padahal orang banyak telah menyetujui pembangunan tersebut.
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Mantan Plt. Bupati Pasaman Barat, Drs. Zambri kepada penulis, mengatakan pak rusdi itu lebih minang daripada orang minang sendiri, dan saya yakin itu. Pak rusdi adalah perancang dan aktor perubahan nagari menjadi desa dan mengembalikan desa menjadi nagari. Nagari yang kita rasakan di Prov. Sumatera Barat saat ini adalah buah pemikiran Drs. Rusdi Lubis, jadi penulis berani menyebutnya lebih minang daripada orang minang sendiri. Mengenai budaya adat minangkabau, orang minang ini egaliter dan demokrasi sekali, semua orang diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Pernah suatau ketika beliau melakukan kunjungan ke Kab. Solok, pada saat jamuan makan ada satu orang yang tidak mendapatkan gobokan/tempat cuci tangan untuk makan tersebut. Ini menjadi perdebatan yang sengit kata beliau, lebih dari satu jam untuk perdebatan tempat cuci tangan ini. Begitulah orang minangkabau setiap orang berhak untuk berpendapat walaupun lama untuk makannya.saya menyebutnya musyawarah untuk sebuah gobokan. Hehe.
Sebagai orang yang berhasil diluar kampung halaman tentu masih ada yang mengganjal dihati,,yaa!! Benar sekali, kampung halaman tanah kelahiran yang akan diperjuangkan. Bapak Drs. Rusdi Lubis, M.Si adalah “The Founding Father Pasaman Barat”, menjadi salah satu tokoh penentu pemekaran Pasaman Barat. Kalau saya sebut bagaimana kisah pemekaran, nanti akan ada orang yang marah, yakni orang-orang yang kontra pemekaran. Terutama yang menentang pemekaran dan malah membalikan fakta bahwa dialah yang ikut pemekaran demi mendapatkan kekuasaan di Kab. Pasaman Barat. Kita kembali kepada persoalan initinya, terlepas dari itu, peran yang dilakukan oleh Bapak Drs. Rusdi Lubis, M.Si yang waktu itu menjabat Asisten I Gubernur lalu menjadi Setda Prov. Sumatera Barat, macam-macam tudinagn yang dilontarkan kepada beliau. Saya melihatnya sebagai seorang Soekarno “Penyambung Lidah Rakyat” Karena dialah salah satu Proklamator Kab. Pasaman Barat, tetapi dia mengatakan bukan pekerjaan beliau sendiri semua ini kerja dari tokoh-tokoh yang tregabung dalam Komite Pemekaran, salah satunya Bapak Chudri Nawawi sebagai ketua komite. Itulah makanya disebut “Tuah Basamo” (tuah bersama) bukan tuah sendiri-sendiri. Penekanan Drs. Zambri sebagai Plt. Bupati juga dari kerja keras Drs. Rusdi Lubis, M.Si, “saya berterima kasih sekali kepada Edi Busti (mantan Kabag Humas Pemda Pasaman Barat, yang waktu itu menjadi bawahan pak rusdi dikantor gubenur, persis jabatannya saya lupa). Dia yang sering ngetik kalau masalah pemekaran, saya yang minta gubernur teken, suruh Edi Busti kawal surat itu kejakarta jangan sampai dihilangkan oleh orang-orang yang kontra pemekaran”. Walaupun Edi Busti itu orang Agam tetapi perjuangannya untuk membantu pemekaran bukan main kata beliau.
Lalu apa yang pak Rusdi dapatkan dari pemekaran?? Beliau tidak meminta imbalan apa-apa, itulah dia pemimpin tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan apa-apa, beliau Cuma menginginkan masyarakat Pasaman Barat itu bisa lebih makmur dengan kekayaan alam yang dimilikinya, serta masyarakatnya yang heterogenitas bisa hidup rukun dan harmonis. Lalu ada yang bilang pak rusdi mau jadi Bupati di Pasaman Barat?? Makanya dia gigih untuk memekarkan Pasaman Barat, ini sering digemborkan oleh kelompok yang kontra pemekaran. Pak rusdi dengan tegas mengatakan beliau tidak ada niat sedikitpun menjadi Bupati di Pasaman Barat dan itu terbukti sampai sekarang. Akan tetapi, ada kejadian lelucon kenapa pak rusdi tidak ada niat untuk menjadi buapati Pasaman Barat. Tetapi penulis tidak bisa katakan disini tanpa seizin pak rusdi, karena katanya baru kesaya/ penulis beliau ngomong seperti itu. Kalau ada izin dari pak rusdi saya akan ceritakan lelucon yang penuh arti itu.
Pak rusdi adalah kepala keluarga yang harmonis. Beliau tidak pernah mengatakan kepada anaknya kamu harus menjadi ini atau itu. Sebut saja misalnya karena pak rusdi adalah mantan pemimpin, anaknya harus menjadi Kepala Daerah atau elit-elit lainnya. Tidak ernah sedikitpun beliau memaksa. “anak saya itu ada yang membuka jasa sewa pelaminan, kenapa saya tidak masukan dia PNS saja, padahal kan saya Setda”. Begitulah pak rusdi memberikan kepada anaknya apa yang menjadi keinginan mereka. “saya kalau tidak mau merepotkan anak dan menantu, saya dan ibuk sering kejakarta, malah anak saya tidak tahu saya kejakarta. Pas sampai dirumahnya saja anak saya terkejut”. Begitulah seorang pribadi Pak rusdi.
Sebagai seorang kakek, beliau adalah seorang kakek yang penyayang. “cucu-cucu saya itu senang ke mall-mall itu tidak pakai kendaraan pribadi. “naik ojek aja kek, atau ada juga naik angkot aja kek”, sampai di mall temani cucunya main-main.”
Tulisan diatas adalah pemikiran dan kepribadian dari Drs. Rusdi Lubis, M.Si yang saya coba tuangkan dalam tulisan ini berdasarkan selama saya mengenal beliau. Semoga kepribadian beliau menjadi teladan bagi para generasi penerus bangsa, khususnya Prov. Sumatera Barat dan spesifiknya kampung kami Kab. Pasaman Barat.
Fahrezi, S.IP *(Mahasiswa Pascasarjana Politik dan Pemerintahan UGM, Yogyakarta 12 Januari 2012)